Kabupaten Lampung Barat
adalah salah satu kabupaten di provinsi Lampung, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak diLiwa. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1991 tanggal 16 Agustus 1991 yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Lampung Utara. Saat ini Bupati Kabupaten Lampung Barat adalah Drs. Mukhlis Basri dan Wakilnya Drs.hi.makmur azhari [5] Kabupaten ini dominan dengan perbukitan dengan pantai di sepanjang pesisir barat Lampung. Daerah pegunungan yang merupakan punggung Bukit Barisan, ditempati oleh vulkanik quarter dari beberapa formasi. Daerah ini berada pada ketinggian 50 - > 1000 mdpl. Daerah ini dilalui oleh sesar Semangka, dengan lebar zona sebesar ± 20 Km. Pada beberapa tempat dijumpai beberapa aktivitas vulkanik dan pemunculan panas bumi.
Lambang Kabupaten Lampung Barat
Moto: Beguai Jejama
("Bekerja bersama dan bergotong royong tanpa memandang asal dan suku bangsa")
Peta lokasi Kabupaten Lampung Barat
Koordinat: 4o,47',16" - 5o,56',42" LS dan 103o,35',08" - 104o,33',51" BT.
Provinsi Lampung
Dasar hukum UU RI No.6 Tahun 1991
Tanggal Peresmian 16 Agustus 1991
Ibu kota Liwa
Pemerintahan
- Bupati Drs. Hi. Mukhlis Basri.mm HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Mukhlis_Basri" HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Lampung_Barat" HYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/Mukhlis_Basri"[1]
- Wakil Bupati Makmur Azhari[2]
- DAU Rp. 558.555.207.000.-(2013)[3]
Luas 3.368,14 km2
Populasi
- Total 419.037 jiwa (2010)
- Kepadatan 124,41 jiwa/km2
Demografi
- Suku bangsa Lampung, Jawa, Bali, Semendo, dan lain-lain.
- Zona waktu WIB (UTC +7)
- Kode area telepon +62 726
- Bandar udara Seray[4]
Pembagian administratif
- Kecamatan 15
Simbol khas daerah
Geografi dan pembagian administratif
Lambang Kabupaten Lampung Barat yang lama
Dengan luas wilayah lebih kurang 3.368,14 km² Setelah pemekaran Kabupaten Pesisir Barat atau 10,6 % dari luas wilayah Provinsi Lampung dan mempunyai garis pantai sepanjang 260 km. Lampung Barat terletak pada koordinat 4o,47',16" - 5o,56',42" lintang selatan dan 103o,35',08" - 104o,33',51" Bujur Timur.
Demografi
Hasil Sensus 2010, penduduk Kabupaten Lampung Barat berjumlah 419.037 jiwa yang terdiri atas 222.605 jiwa laki-laki dan 196.432 jiwa perempuan.
Wilayah Lampung Barat berbatasan dengan:
⦁ Sebelah Utara: Kab. Ogan Komering Ulu Selatan (Provinsi Sumatera Selatan),
⦁ Sebelah Selatan: Kab. Pesisir Barat dan Kab. Tanggamus,
⦁ Sebelah Barat: Kab. Pesisir Barat,
⦁ Sebelah Timur: Kab. Lampung Utara, Kab. Way Kanan, dan Kab. Tanggamus.
Sejarah
Lampung Barat adalah salah satu pemekaran dari Lampung Utara, yang beribu kota di Liwa. Pemilihan Liwa sebagai Ibu Kota Kabupaten Lampung Barat memang tepat. Beberapa alasan memperkuat pernyataan ini adalah:
⦁ Tempatnya strategis karena berada di tengah-tengah wilayah Lampung Barat, sehingga untuk melakukan pengawasan terhadap seluruh daerah Lampung Barat oleh pemerintah kabupaten akan relatif efektif
⦁ Liwa merupakan persimpangan lalu lintas jalan darat dari berbagai arah yaitu ⦁ Sumatera Selatan, ⦁ Bengkulu, dan ⦁ Lampungsendiri. Tentang asal usul nama Liwa, menurut cerita orang, berasal dari kata-kata "meli iwa" (bahasa Lampung), artinya membeli ikan. Konon dahulunya Liwa merupakan daerah yang subur, persawahan yang luas, sehingga hasil pertaniannya melimpah. Liwa juga nama salah satu marga dari 84 marga di Lampung.⦁ [6]
Letak
Liwa terletak di jalan simpang yang menghubungkan tiga provinsi, yaitu Lampung, Bengkulu, dan Sumatera Selatan. Berikut perbatasannya dengan wilayah lainnya:
Utara Sukau, Lampung Barat
Selatan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan Way Krui, Pesisir Barat
Barat Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
Timur Batu Brak, Lampung Barat
Pekon
Liwa yang meliputi satu marga (Marga Liwa) dan satu kecamatan (Kecamatan Balik Bukit) terdiri dari 12 (duabelas) pekon (desa/kelurahan):
Way Mengaku
Pasar Liwa
Padang Cahya
Kubu Perahu
Sebarus
Gunung Sugih
Way Empulau Ulu
Wates
Padang Dalom
Sukarame
Bahway
Sedampah Indah
Posisi strategis
Pemilihan Liwa sebagai ibu kota Kabupaten Lampung Barat memang tepat. Beberapa alasan memperkuat pernyataan ini.
Pertama, tempatnya strategis karena berada di tengah-tengah wilayah Lampung Barat, sehingga untuk melakukan pengawasan terhadap seluruh daerah Lampung Barat oleh pemerintah kabupaten akan relatif efektif.
Kedua, Liwa merupakan persimpangan lalu lintas jalan darat dari berbagai arah: Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Lampung sendiri.
Kita mulai menjalankan kendaraan dari arah selatan, yaitu dari Bandar Lampung melewati Gunungsugih (Lampung Tengah), Kotabumi dan Bukitkemuning (Lampung Utara) memasuki Liwa. Dari Liwa, jika belok kanan ke arah utara, seseorang akan menuju Kotabatu, sebuah kota kecil di tepi Danau Ranau untuk selanjutnya dapat melanjutkan perjalanan ke Baturaja dan Palembang.
Sedangkan jika belok kiri ke arah barat, seseorang akan menuju Krui, kota pelabuhan Lampung Barat di pantai barat Lampung (Samudra Hindia). Dari sini, menelusuri pantai barat ke arah utara, seseorang bisa melanjutkan perjalanan memasuki provinsi Bengkulu.
Tapi kalau ingin memilih menelusuri pantai barat ke arah selatan, seseorang akan tembus ke Kotaagung, Kabupaten Tanggamus.
Kondisi alam
Terletak di pegunungan dengan hawa yang sejuk dan panorama yang indah seluas sekitar 3.300 hektare, Liwa adalah eksotisme bagi para pencinta alam. Liwa mencakup beberapa pekon (kelurahan) yang dikelilingi oleh hijaunya bukit-bukit. Dari kejauhan, kebiruan Gunung Pesagi, gunung tertinggi di Lampung (2.262 m), menambah eloknya kota.
Sejak dulu, Liwa terkenal sebagai tempat pemukiman yang menyenangkan, aman, dan damai bagi semua orang. Orang Belanda di masa Kolonial dahulu pun memanfaatkan kota ini sebagai tempat berlibur, beristirahat, dan bersantai.
Beberapa bangunan peninggalan Belanda sebetulnya utuh sebelum gempa tektonik berkekuatan 6,5 skala Richter menghantam kota ini, 15 Februari 1994. Kini, beberapa peninggalan Belanda masih dapat kita lihat seperti tangsi yang kini menjadi Kantor Kepolisian Sektor (Polsek) Balik Bukit dan pesanggrahan (kini Hotel Sindalapai).
Asal-usul nama[
Tentang asal usul nama Liwa, Liwa berasal dari kata Al Liwa (bahas arab : Bendera), menurut sejarah secara turun temurun, setelah kemenangan Paksi Pak melawan penguasa Skala Brak kuno, para maulana dari empat kepaksian (Kepaksian Belunguh, Pernong, Bejalan diway, dan Nyerupa) menancapkan bendera kemenangan di puncak gunung pesagi, bendera kemenangan yang dimaksud bernama Al Liwa. Liwa juga nama salah satu marga dari 84 marga di Lampung
Way Setiwang, Way Robok, dan Way Sindalapai yang mengaliri wilayahnya merupakan sumber kekayaan daerah ini. Ditambah pula, penduduk yang masih jarang membuat masyarakat daerah ini menjadi makmur dan sejahtera.
Di daerah ini dulunya terdapat bendungan-bendungan tempat ikan (bidok, bahasa Lampungnya), sehingga terkenallah daerah ini sebagai penghasil ikan. Hampir setiap orang yang datang dari dan ke tempat itu jika ditanya sewaktu bertemu di jalan: "Mau ke mana?" atau "Dari mana?" selalu menjawab: "Jak/aga mit meli iwa" (Dari/hendak membeli ikan).
Lama-kelamaan jawaban itu berubah menjdi "mit meli iwa". Kemudian karena diucapkan secara cepat kedengarannya seperti "mit liwa". Dan, akhirnya daerah ini mereka namakan Liwa.
Kalau kita kontekskan dengan sekarang, Liwa memang menjadi tempat pertemuan ikan laut dari Krui di tepi Samudra Hindia, ikan tawar dari Danau Ranau, dan ikan tawar lain dari sungai dan sawah.
Sekala Beghak, Asal Muasal
Sekala Beghak (biasa ditulis Skala Brak), adalah kawasan yang sampai kini dapat disaksikan warisan peradabannya. Kawasan ini boleh dibilang kawasan yang “sudah hidup” sejak masa prasejarah. Batu-batu menhir mensitus dan tersebar di sejumlah titik di Lampung Barat. Bukti, ada tanda kehidupan menyejarah.
Sebuah batu prasasti di Bunuk Tenuar, Liwa berangka tahun 966 Saka atau tahun 1074 Masehi, menunjukkan ada jejak Hindu di kawasan tersebut. Bahkan di tengah rimba ditemukan bekas parit dan jalan Zaman Hindu. Ada lagi disebut-sebut bahwa Kenali yang dikenal sekarang sebagai Ibu Kota Kecamatan Belunguh, adalah bekas kerajaan bernama “Kendali” dengan “Raja Sapalananlinda” sebagaimana disebut dalam “Kitab Tiongkok Kuno”. Kata “Sapalananlinda” oleh L. C. Westenenk ditafsir sebagai berasal dari kata “Sribaginda” dalam pengucapan dan telinga orang Cina. Jadi bukan nama orang tapi gelar penyebutan. Buku itu konon juga menyebut, bahwa Kendali itu berada di antara Jawa dan Siam-Kamboja. Kitab itu, menyebut angka tahun antara 454–464 Masehi. Kitab ini telah disalin ke dalam bahasa Inggris oleh Groenevelt (Wikipedia Indonesia, 2007).
Meski belum seluruhnya terbaca, namun dapat disimpulkan: di situ tercatat suatu peradaban panjang. Suatu kawasan tua yang mencatatkan diri dalam sejarah umat manusia. Di wilayah ini pula pernah berdiri sebuah kerajaan. Ada yang menyebut kerajaan tersebut adalah Kerajaan Tulang Bawang, namun bukti-bukti keberadaannya sulit ditemukan. Sedang keyakinan yang terus hidup dan dipertahankan masyarakat khususnya di Lampung Barat serta keturunan mereka yang tersebar hingga seluruh wilayah Sumatera Selatan, menyebutkan Kerajaan Sekala Beghak. Pendapat ini juga disokong oleh keberadaan para raja yang bergelar Sai Batin, hingga bukti-bukti bangunan dan alat-alat kebesaran kerajaan, upacara, dan seni tradisi yang masih terjaga. Masih banyak bukti lain, namun perlu pembahasan terpisah.
Kalau membaca peta Provinsi Lampung sekarang, kisaran lokasi pusat Sekala Beghak berada di hampir seluruh wilayah Kabupaten Lampung Barat, sebagian Kecamatan Banding Agung Kabupaten Ogan Komering Ulu, Provinsi Sumatera Selatan. “Pusat kerajaan” meliputi daerah pegunungan di lereng Gunung Pesagi di daerah Liwa, seputar Kecamatan Batu Brak, Kecamatan Sukau, Kecamatan Belalau, dan Kecamatan Balik Bukit.
Sebagai kesatuan politik Kerajaan Sekala Beghak telah berakhir. Tetapi, sebagai kesatuan budaya (cultural based) keberadaannya turun-temurun diwarisi melalui sejarah panjang yang menggurat kuat dan terbaca makna-maknanya hingga saat ini. Sekala Beghak dalam gelaran peta Tanah Lampung, pastilah tertoreh warna tegas, termasuk sebaran pengaruh kebudayaannya sampai saat ini.
Tata kehidupan berbasis adat tradisi Sekala Beghak juga masih dipertahankan dan dikembangkan. Terutama, Sekala Beghak setelah dalam pengaruh “Empat Umpu” penyebar agama Islam dan lahirnya masyarakat adat Sai Batin. Adat dan tradisi terus diacu dalam tata hidup keseharian masyarakat pendukungnya dan dapat menjadi salah satu sumber inspirasi dan motivasi pengembangan nilai budaya bangsa.
Hasil pembacaan atas segala yang ada dalam masyarakat berkebudayaan Sai Batin di Lampung, memperlihatkan kedudukan dan posisi penting Sekala Beghak sebagai satuan peradaban yang lengkap dan terwariskan. Keberadaan Sekala Beghak tampak sangat benderang dalam peta kebudayaan Sai Batin, sebagai satu tiang sangga utama pembangun masyarakat Lampung. Bahkan, telah diakui, Sekala Beghak sebagai cikal bakal atau asal muasal tertua leluhur “orang Lampung”. Bahkan keberadaan Sekala Beghak, berada dalam kisaran waktu strategis perubahan peradaban besar di Nusantara, dari Hindu ke Islam.
Seperti dikutip Harian KOMPAS, (11 Desember 2006:36), pada abad 15 datang empat kelompok masyarakat yang menduduki sekitar Danau Ranau. Di sebelah barat danau dihuni orang-orang yang datang dari Pagaruyung Sumatera Barat dipimpin Dipati Alam Padang. Sementara itu, tiga kelompok lainnya berasal dari Sekala Beghak. Tiga kelompok orang-orang Sekala Beghak itu dipimpin Raja Singa Jukhu (dari Kepaksian Bejalan Diway), menempati sisi timur danau. Di sisi timur danau pula, kelompok yang dipimpin Pangeran Liang Batu dan Pahlawan Sawangan (berasal dari Kepaksian Nyekhupa) bertempat. Sementara kelompok yang dipimpin Umpu Sijadi Helau menempati sisi utara danau. Empu Sijadi Helau yang disebut-sebut itu bukan Umpu Jadi putra Ratu Buay Pernong, yang menjadi pewaris takhta Buay Pernong. Kemungkinan besar Umpu Sijadi di daerah Ranau tersebut adalah keturunan Kepaksian Pernong yang meninggalkan Kepaksian dan mendirikan negeri baru di Tenumbang kemudian menjadi Marga Tenumbang.
Ketiga kelompok dari Sekala Beghak ini kemudian berbaur dan menempati kawasan Banding Agung, Pematang Ribu, dan Warkuk. Sampai sekarang banyak orang Banding Agung mengaku keturunan Paksi Pak Sekala Beghak. Di samping itu, ada kisah-kisah perpindahan orang Sekala Beghak, sebagaimana ditulis dalam Wikipedia (7/3/07: 04.02), yang dipimpin Pangeran Tongkok Podang, Puyan Rakian, Puyang Nayan Sakti, Puyang Naga Berisang, Ratu Pikulun Siba, Adipati Raja Ngandum, dan sebagainya. Bahkan, daerah Cikoneng di Banten ada daerah yang diberikan kepada Umpu Junjungan Sakti dari Kepaksian Belunguh atas jasa-jasanya, dan banyak orang Sekala Beghak yang migrasi ke sana atau sebaliknya. Kisah-kisah ini memperkuat suatu kenyataan bahwa Sekala Beghak tidak hanya sebagai sumber muasal secara geografis, melainkan juga sumber kultur masyarakat. Sekala Beghak adalah hulu suatu kebudayaan masyarakat. Dari Sekala Beghak ini juga lahir huruf Lampung yaitu Kaganga. Bagi sebuah kebudayaan, memiliki bahasa dan aksara sendiri merupakan bukti kebesaran masa lalu kebudayaan tersebut. Di Indonesia hanya sedikit kebudayaan yang memiliki aksara sendiri, yaitu Batak, Lampung (Sumatera Selatan), Jawa, Sunda, Bali, dan Bugis. Dan kebudayaan yang memiliki aksara sendiri dapat dikategorikan sebagai kebudayaan unggul. Karena bahasa merupakan alat komunikasi sekaligus simbol kemajuan peradaban.
Semua aksara Nusantara tersebut berasal dari bahasa Palava, yang berinduk pada bahasa Brahmi di India. Bahasa Palava digunakan di India dan Asia Tenggara. Di Nusantara, bahasa ini mengalami penyebaran dan pengembangan, bermula dari bahasa Kawi, sebagai induk bahasa Nusantara. Dari bahasa Kawi menjadi bahasa: Jawa (Hanacaraka), Bali, Surat Batak, Lampung/Sumatera Selatan (Kaganga), dan Bugis. Dari Kerajaan Sekala Beghak yang telah memiliki unsur-unsur “kebudayaan lengkap” ini pulalah “ideologi” Sai Batin dilahirkan dan disebarluaskan. Sampai saat ini, masih banyak yang bisa dibaca dari jejak-jejak yang tertinggal. Baik dari jejak fisik maupun jejak yang tidak kasat mata. Dari legenda, seni budaya, adat tata cara, bahasa lisan tulisan, artefak benda peninggalan, hingga falsafah hidup masih ada runut rujukannya. Dari Sekala Beghak itu di kemudian hari pengaruh budaya dan peradabannya berkembang dan berpengaruh luas ke seluruh Lampung bahkan sampai ke Komering di Sumatera Selatan sekarang. Tidak terhitung kemudian “pendukung budaya”-nya yang tersebar di seluruh Indonesia pada masa kini. [7]
Sarana dan prasarana
Sarana Transportasi
Sarana transportasi dari dan menuju Lampung Barat serta daerah pinggiran cukup banyak tersedia, seperti bus, angdes, mobil sewaan, dan ojek. Kondisi sarana jalan hingga mencapai desa dalam kondisi baik aspal split, dengan total panjang ruas jalan 416,95 km. Sarana laut seperti kapal–kapal hanya digunakan untuk menangkap ikan dan sedikit sekali untuk angkutan.
Lapangan Terbang Seray Pesisir Tengah (Krui)
Pembangunan Lapangan terbang Seray di Kecamatan Pesisir Tengah Krui dimulai tahun 2006. Diproyeksikan pada tahun 2008, lapangan terbang yang dapat didarati oleh pesawat Hercules ini sudah beroperasi. Selain mengangkut berbagai produk Lampung Barat, lapangan terbang ini juga untuk mengangkut wisatawan yang ingin menikmati berbagai objek wisata di Lampung Barat.
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Bengkunat
Pembangunan Pelabuhan Perikanan Nusantara Bengkunat sebagai Pelabuhan Samudera untuk Kawasan Andalan Wilayah Barat Indonesia. Hal ini dipersiapkan untuk menangkap peluang sehubungan dengan rencana pembangunan pelabuhan samudera di Muara Karang yang dianggap kurang sesuai untuk dikembangkan berdasarkan hasil analisis Departemen Kelautan dan Perikanan. Dengan adanya Pelabuhan ini, akan semakin memantapkan Lampung Barat sebagai daerah penghasil ikan berkualitas ekspor seperti blue marlin, tuna, lobster, dan lain-lain.
Telekomunikasi, Kantor Pos
Kondisi layanan telekomunikasi dan informasi di wilayah Kabupaten Lampung Barat tersedia telepon, telepon selular, telegram, ORARI, televisi, radio, dan kantor pos.
Pasar
Kondisi pasar di wilayah Lampung Barat, tersedia sembilan pasar umum dan seratus dua buah toko permanen serta 143 semipermanen.
Hotel
Hotel yang tersedia di wilayah Lampung Barat sebanyak delapan belas hotel tersebar di berbagai daerah kecamatan berdekatan dengan lokasi wisata seperti Hotel Karang Nyimbur, Mutiara Alam Zandino, Wisma Sindai Lapai, Sederhana, Gunung Putri, dan Hotel Permata.
Bank dan Rumah Sakit]
Di Kabupaten Lampung Barat terdapat tiga buah bank besar seperti Bank Lampung Capem Liwa, BNI Capem Liwa, BRI Capem Liwa, beberapa lembaga keuangan BPR, serta Rumah Sakit Umum daerah Lampung Barat.
Industri dan Perdagangan
Kondisi geografis Lampung Barat yang terdiri dari pegunungan dan perbukitan serta lautan yang luas menjadikan kabupaten ini memiliki potensi sumber daya alam yang luar biasa melimpah. Mulai dari pemandangan alamnya yang penuh pesona juga produk hasil pertanian, perkebunan, dan kehutanan yang melimpah. Sumber daya alam ini sangat potensial sebagai bahan baku industri dan jika dilakukan penanganan pascapanen yang baik, dapat menjadi komoditas ekspor dalam bentuk bahan mentah atau raw material.
KUAT (Kawasan Usaha Agro Industri Terpadu)
Tahun 2007, Pemkab Lampung Barat membangun Kawasan Usaha Agro Industri Terpadu (KUAT) di Pekon (Desa) Marang Kecamatan Pesisir Selatan. KUAT dibangun untuk mengolah berbagai potensi di daerah pesisir Lampung Barat seperti kelapa, perikanan, dan damar agar mempunyai nilai tambah. Dengan demikian akan menambah penghasilan masyarakat. Karena KUAT menjadikan masyarakat sebagai pemasok bahan baku utama. Kawasan Industri Terpadu yang ingin diwujudkan adalah kawasan industri yang mengelola bahan baku lokal potensial berwawasan lingkungan, yakni industri pengolahan ikan terpadu dan industri pengolahan kelapa terpadu.
Tahap pertama yang menjadi fokus KUAT adalah pengolahan kelapa. Mulai dari sabut hingga airnya akan menjadi produk bernilai tinggi. Adapun komposisi dan produk turunan kelapa adalah untuk sabut kelapa, produk turunannya adalah coco fiber dan matras. Daging kelapa akan menjadi desicated coconut, VCO coconut oil, dan biodesel, batok kelapa akan menjadi briket arang dan arang aktif, sementara air kelapa akan menjadi nata de coco, kecap, dan cuka dapur.
Selain kelapa, yang menjadi produk KUAT adalah ikan segar dengan produk turunannya. Adapun produk turunan ikan segar adalah filet ikan yang menjadi bahan baku sosis ikan, bakso ikan, dan abon ikan. Selain itu, ikan segar juga bisa menjadi ikan beku yang produk turunannya adalah fish nugget.
Potensi komoditas unggulan
Dodol tomat dan labu siam: Komoditas unggulan dari sektor pertanian di antaranya tomat dan labu siam yang sangat berlimpah, dengan luas areal 2.525 ha, dengan pemanfaatan lebih lanjut produk pertanian ini menjadi makanan khas berupa dodol tomat dan labu siam yang terdapat di Kecamatan Sekincau dan Balik Bukit.
Abon Ikan Tuna dan Blue Merlin: Salah satu produk olahan dari hasil perikanan di Lampung Barat adalah abon ikan tuna dan blue merlin. Sentra produksi abon terdapat di Pesisir Barat Kecamatan Bengkunat dan di Pulau Pisang Kecamatan Pesisir Utara.
Kopi Stroberi: Kopi bubuk dengan aroma dan cita rasa khas merupakan produksi cenderamata yang cukup dikenal dari Lampung Barat.
Kue Adat/Kue Tart: Salah satu makanan khas Lampung Barat adalah kue tart. Kue ini ditampilkan pada saat acara resmi. Salah satu pengrajin kue ini adalah perusahaan kue ”Dua Putri” di Kecamatan Balik Bukit.
Produk Kerajinan
Kain Tapis Krui: Kain Tapis Krui merupakan produk tekstil tradisional Indonesia dengan kain dasar aslinya adalah kain yang diproduksi dengan alat tenun gedogan/alat tenun bukan mesin yang selanjutnya disulam dengan motif beronamen khas Lampung Barat.
Kerajinan Kayu Kelapa: Produk kerajinan kayu kelapa mulai dikembangkan di Lampung Barat sejak tahun 2004. Produk kerajinan kayu kelapa yang dikembangkan saat ini berupa alat perkantoran, alat rumah tangga, dan lain-lain.
Pertanian
Dalam bidang pertanian khususnya holtikultura, Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayur mayur terbesar di Provinsi Lampung. Ada empat kecamatan yang merupakan penghasil sayuran terbesar di Kabupaten Lampung Barat, yaitu Kecamatan Way Tenong, Sekincau, Balik Bukit, dan Sukau.
Keempat kecamatan ini telah menyuplai beberapa jenis sayuran antara lain kentang, cabai merah, kubis, labu siam, tomat, wortel, buncis, dan sawi dengan luas panen dan jumlah produksi makin meningkat dari tahun ke tahun. Ditambah lagi dengan daya dukung dan perhatian Pemerintah Kabupaten Lampung Barat begitu besar, sehingga Kabupaten Lampung Barat mampu menjadi pendistribusi sayur-mayur ke daerah–daerah lain seperti Bandar Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, Padang, dan mulai juga menyuplai sebagian Jabotabek.
Sebagai perwujudan dari slogan “LIWA KOTA BERBUNGA”, maka Pemerintah Kabupaten Lampung Barat bekerja sama dengan IPB dan Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Hias Departemen Pertanian melakukan pengembangan Tanaman Hias. Hal ini didukung iklim dan tanah Lampung Barat yang sangat cocok untuk pengembangan tanaman hias.
Lampung Barat memiliki klimatologi yang sesuai untuk budidaya berbagai jenis tanaman hias. Wilayah kecamatan yang sesuai untuk pengembangan tanaman hias meliputi Kecamatan Sumberjaya, Gedung Surian, Way Tenong, Sekincau, Belalau, Batu Brak, Balik Bukit, dan Sukau dengan luas ± 248.857 m²
Ke depan, Kabupaten Lampung Barat bertekad menjadi sentra tanaman hias di Indonesia, adapun jenis tanaman yang telah/pernah ditanam antara lain: anggrek, mawar,helicona (pisang-pisangan), krisan, sedap malam, melati, palem, dan bugenvil, juga herbra.
Sebagai penghijauan, tanaman Paku Sura dipilih sebagai Maskot Tanaman hias Lampung Barat, dan tanaman ini sudah banyak ditanam khususnya di daerah Kecamatan Sukau dan Sumber Jaya.
Pariwisata
Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata (DTW) di Provinsi Lampung. Ini dapat dilihat dari banyaknya wisatawan mancanegara maupun nusantara yang datang berkunjung untuk menikmati berbagai objek wisata di Lampung Barat. Objek wisata di Lampung Barat sangat lengkap mulai dari laut, danau, pegunungan, wisata alam, dan wisata petualangan. Untuk pengembangan pariwisata di Lampung Barat, pemerintah kabupaten terus melakukan berbagai upaya seperti penyediaan sarana dan prasarana infrastruktur.
Kawasan Wisata Terpadu Lumbok Ranau (Seminung Lumbok Resort)
Keindahan Danau Ranau di Pekon Lumbok Kecamatan Sukau memang luar biasa, demikian diungkapkan berbagai kalangan yang pernah berkunjung ke Lumbok. Di tempat itu kita bisa menyaksikan hamparan biru danau dengan latar belakang Gunung Seminung yang menjulang tinggi dan perbukitan hijau. Wisatawan juga menikmati kehangatan air panas d ikaki Gunung Seminung, berperahu, dan berpiknik bersama keluarga.
Untuk memanjakan wisatawan, Pemerintah Kabupaten Lampung Barat telah membangun berbagai sarana seperti fasilitas dua cottage dengan kolam renang, hotel standar bintang 3 dengan enam belas kamar, restoran dan balai pertemuan atau convention hall dengan kapasitas 30 orang di lantai dasar dan 400 orang di lantai atas.
Wisata Paralayang
Selain menikmati keindahan alam danau, wisatawan yang hobi olahraga paralayang dapat melakukannya di sini. Kegiatan dirgantara paralayang merupakan bagian atraksi wisata. Dari ketinggian sekitar 400 meter, wisatawan dapat menikmati kontur alam yang begitu indah, Danau Ranau yang dilingkupi oleh pegunungan yang tegak menjulang, salah satunya Gunung Seminung serta areal persawahan yang membentang luas, sungguh panorama alam yang menyejukkan hati. Wisatawan melakukan lepas landas atautake off di Bukit Mandi Angin, Pekon Lumbok, dengan ketinggian 400 meter dpl. Site paralayang di Lumbok Ranau secara teknis sangat layak dan memiliki pemandangan alam yang lengkap.
Wisata Alam Pekon Hujung
Objek wisata di Pekon Hujung Kecamatan Belalau, di sini terdapat Gunung tertinggi di Lampung Barat yaitu Gunung Pesagi, yang mana gunung ini dijadikan sebagai wahana wisata atau wisata alam. Wisatawan, selain berpetualang melakukan pendakian, dapat melihat keindahan alam dan bahari Lampung Barat dari ketinggian gunung, di sini juga terdapat homestay tradisional Lampung Barat yang dilengkapi dengan fasilitas yang memadai.
Wisata Alam Kubu Perahu
Lampung Barat memang tidak pernah habis. Satu lagi lokasi petualangan alam yang sangat menantang, yakni wisata alam Kubu Perahu di Kecamatan Balik Bukit. Di sini wisatawan dapat menikmati rimbunnya pohon-pohon besar hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Lokasi ini sangat cocok untuk kegiatan jungle run. Wisatawan dapat menikmati aliran sungai yang jernih disepanjang perjalanan menapaki hutan kawasan TNBBS. Selain itu wisatawan juga dapat menikmati air terjun Sepapa Kiri yang begitu jernih dan indah.
Desa Wisata Lumbok
Lampung Barat juga menyajikan wisata desa, dengan desa yang dikunjungi masih sangat alami dengan suguhan pemandangan Danau Ranau, di tempat ini para pengunjung dapat melakukan aktivitas yang cocok untuk keluarga di antaranya: menombak ikan, memanah ikan, berenang, memancing belut, dan aktivitas malam yang tak kalah serunya. Di Desa Lumbok yang berjarak + 30 km dari Liwa, pengelola kawasan ini menyediakan homestay di rumah tradisional penduduk setempat dan menyajikan kuliner khas, seperti gulai taboh dan ikan bakar
Danau Suoh
Wisata alam ini menyajikan potensi wisata olahraga serta menjanjikan pengalaman yang tak terlupakan, perjalanan ke lokasi yang hanya dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan jenis off road dan kendaran roda dua jenis trail. Di sini terdapat tiga buah danau yang berubah-ubah warnanya. Di kawasan sekitar danau terdapat sumber panas bumi yang menambah keunikan dan keistimewaan lokasi. Untuk menuju lokasi, dapat melalui Kecamatan Sekincau atau Kecamatan Batu Brak dengan jarak tempuh 4 jam perjalanan dari Ibu Kota Liwa. Juga dapat melalui Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Tanggamus.
Arung Jeram
Bagi Anda yang gemar olahraga arung jeram (rafting), Lampung Barat memiliki Sungai Way Besai. Di sungai yang terdapat di Kecamatan Sumber Jaya ini wisatawan dapat menikmati lintasan jeram grade III dengan jarak tempuh 3 km sehingga menjanjikan aktivitas yang menantang bagi para penggemar olahraga arung jeram.
Wisata Bahari
Objek wisata bahari terdapat di daerah pesisir Lampung Barat di antaranya:
⦁ Pantai Tanjung Setia. Terletak di Pesisir Selatan, 52 km dari Liwa potensi daya tarik yang ditawarkan adalah berselancar, berenang, menyelam, berperahu, berlayar,⦁ snorkeling, memancing, berjemur matahari, menyusuri pantai, mengumpulkan karang, dan fotografi.
⦁ Pantai Labuhan Jukung
⦁ Pantai labuhan jukung yang berlokasi di Pekon Kampung Jawa kecamatan, 35 km dari Liwa
⦁ Pesisir Selatan
⦁ Pantai Way Jambu. Terletak di Pesisir Selatan, 60 km dari Liwa potensi daya tarik yang ditawarkan adalah berenang, menyelam, bersepeda, selancar angin, berkemah, dan berjemur matahari.
⦁ Pantai Way Sindi, Pesisir Tengah, 34 km dari Liwa
⦁ Pantai Suka Negara, Bengkunat, 68 km dari Liwa
⦁ Pantai Way Haru, Bengkunat, 212 km dari Liwa.
Objek wisata budaya dan sejarah
Objek wisata budaya dan sejarah, adanya situs megalitik di Pekon Purajaya, rumah tradisional di Desa Sukadana, dan berbagai Petilasan Patih Gajah Mada di Kecamatan Lemong.
Ragam Kesenian
⦁ Pesta Sakura, merupakan pesta topeng yang diadakan tiga hari setelah Hari Raya ⦁ Idul Fitri, dimulai sejak jam 09.00 hingga berakhir pada sore hari. Keunikan dari Pesta Sakura ini dalam acara panjat pinang yang berhadiahkan berbagai barang yang digantung di puncak batang pinang, para pemanjatnya terdiri atas beberapa orang pria (kelompok), dan para pemanjat tersebut memakai topeng serta dengan berbagai busana yang unik, bahkan pria ada di antaranya yang memakai pakaian wanita. Pesta ini dilaksanakan
⦁ Tari-tarian yang sesuai dengan kondisi alam yang terdiri dari daerah perhutanan dan lautan, Kabupaten Lampung Barat memiliki aneka ragam tarian dengan inspirasi dari lingkungan. Keberadaan margasatwa banyak mengilhami gerakan tari-tarian di daerah Lampung Barat. Di daerah Balik Bukit terdapat Tari Kenui dan Tari Batin, dua jenis tarian yang gerakannya meniru burung elang. Tari Batin biasanya dilakukan dalam rangka menyambut tamu-tamu penting. Acara ini dilaksanakan secara rutin menyambut HUT Kabupaten Lampung Barat.
Acara Tahunan
⦁ Festival Teluk Stabas, dalam acara ini diadakan perlombaan kesenian dan budaya tradisional, antara lain: hadra, bedikhir, hahiwang, gambus, dan Lomba tarian adat tradisional lainnya. Festival ini dijadwalkan berlangsung pada setiap bulan Juli.
⦁ Semarak Wisata Tanjung Setia. Pada kegiatan ini dilaksanakan berbagai perlombaan yang bernuansa bahari seperti selancar, kebut jukung, voli pantai, dan sepakbola pantai. Selain itu ditampilkan beberapa atraksi kesenian. Festival ini dijadwalkan berlangsung pada setiap bulan Juni.
⦁ Gebyar Pesona Lumbok Ranau. Pada kegiatan ini dilaksanakan berbagai perlombaan yang bernuansa wisata tirta seperti kebut jukung, triatlon tradisional, memanah ikan, memancing di danau. Selain itu ditampilkan beberapa atraksi kesenian. Festival ini dijadwalkan berlangsung pada setiap bulan September.
sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Lampung_Barat
0 comments:
Post a Comment